KOTA BATU 'PETRA' YORDANIA
Petra adalah sebuah situs arkeologikal di Yordania, terletak di dataran rendah di antara gunung-gunung yang membentuk sayap timur Wadi Araba,
lembah besar yang berawal dari Laut Mati sampai Teluk Aqaba. Petra
adalah kota yang didirikan dengan memahat dinding-dinding batu di
Yordania.
Petra adalah kata dari bahasa Yunani yang berarti ''batu''
merupakan symbol teknik dan perlindungan. Kata ini merujuk pada
bangunan kotanya yang terbuat dari batu-batu di Wandi Araba, sebuah
lembah bercadas di Yordania. Kota ini didirikan dengan mengali dan
mengukir cadas setinggi 40 meter.
Petra merupakan ibukota kerajaan Nabatean. Didirikan pada 9SM-40M oleh Raja Aretas IV sebagai kita yang sulit untuk ditembus musuh dan aman dari bencana alam seperti badai pasir.
Nabatean
membangun petra dengan sisitem pengairan yang luar biasa rumit.
Terdapat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke
kota, sehingga mencegah banjirmedadak. Mereka juga memiliki teknologi
hidrolik untuk mengangkat air.
Terdapat
juga sebuah teater yang mampu menampung 4.000 orang. Hari ini, Istana
Makan Hellenitis yang memilik tinggi 42 meter masih berdiri impresif
disana.
Petra
yang bisa ditempuh sekitar 3-5 jam perjalanan darat dari kota Amman,
Yordania, dulu adalah ibukota suku Nabatean, salah satu rumpun bangsa
Arab yang hidup sebelum masuknya bangsa Romawi.
Sebenarnya,
asal usul suku Nabatean tak diketahui pasti. Mereka dikenal sebagai
suku pengembara yang berkelana ke berbagai penjuru dengan kawanan unta
dan domba.
Warga Petra awal adalah penyembah berhala. Dewa utama mereka adalah Dushara, yang disembah dalam bentuk batu berwarna hitam dan berbentuk tak beraturan. Dushara disembah berdampingan dengan Allat, dewi Arab kuno.
Mereka
sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan
air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga, di
mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air
guna memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih.
Di
akhir abad ke-4 Sebelum Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat
suku Nabatean memberanikan diri mulai ikut dalam perdaganan dunia. Rute
perdagangan dunia mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan
selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka
yang strategis itu sebagai salah satu rute perdagangan dunia.
Suku
Nabatean akhirnya bisa menjadi para saudagar yang sukses, dengan
berdagang dupa, rempah-rempah, dan gading yang antara lain berasal dari
Arab bagian selatan dan India timur.
Letak
yang strategis untuk mengembangkan usaha dan hidup, serta aman untuk
melindungi diri dari orang asing itulah alasan suku Nabatean memutuskan
untuk menetap di wilayah batu karang Petra.
Untuk
mempertahankan kemakmuran yang telah diraih, mereka memungut bea cukai
dan pajak kepada para pedagang setempat atau dari luar yang masuk ke
sana. Suku Nabatean akhirnya berhasil membuat kota internasional yang
unik dan tak biasa.
Pada
awalnya Petra dibangun untuk tujuan pertahanan. Namun belakangan, kota
ini dipadati puluhan ribu warga sehingga berkembang menjadi kota
perdagangan karena terletak di jalur distribusi barang antara Eropa dan
Timur Tengah.
Pada
tahun 106 M, Romawi mencaplok Petra, sehingga peran jalur
perdagangannya melemah. Sekitar tahun 700 M, sistem hidrolik dan
beberapa bangunan utamanya hancur menjadi puing. Petra pun perlahan
menghilang dari peta bumi saat itu dan tinggal legenda.
Barulah pada tahun 1812, petualang Swiss, Johann Burckhardt
memasuki kota itu dengan menyamar sebagai seorang muslim. Legenda Petra
pun meruak kembali di zaman moderen, dikenang sebagai simbol teknik dan
pertahanan.
Petra
di Yordania, adalah situs purbakala. Petra dikelilingi gunung. Di sini
ada gunung setinggi 1.350 meter dari permukaan laut. Inilah kawasan
tertinggi di areal ini yang disebut Gunung Harun (Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra.
Gunung Harun paling sering dikunjungi orang. Para pengunjung percaya, di puncak Jabal Harun inilah, Nabi Harun meninggal dan dimakamkan oleh Nabi Musa.
Di
abad ke-14 Masehi, sebuah masjid dibangun di sini dengan kubah berwarna
putih yang terlihat dari berbagai area di sekitar Petra. Harun tiba di
wilayah Yordania sekarang ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya
keluar dari Mesir dari kejaran Raja Firaun.
Di
abad ke-1 Sebelum Masehi, Kerajaan Nabataea yang kaya dan kuat,
menjangkau wilayah Damaskus di utara dan Laut Mati di selatan. Saat itu,
Petra telah didiami sekitar 30 ribu penduduk. Di masa itulah dibangun
kuil agung.
Tahun 100-an Masehi, Romawi pernah menguasai wilayah ini. Arsitektur di Petra pun terpengaruhi arsitektur Romawi.
Pada
600 Masehi di Petra dibangun gereja. Abad ke-7 Masehi, Islam hadir, dan
pada abad ke-14, makam Nabi Harun di Jabal Harun menjadi tempat keramat
dari umat Islam, selain kaum Yahudi dan Kristiani.
Saat berusia 10 tahun, Nabi Muhammad pernah berkunjung ke gunung ini bersama pamannya.
Setelah Perang Salib di abad ke-12, Petra sempat menjadi ‘kota yang hilang’ selama lebih dari 500 tahun